Laporan Analisis Protein dengan Metode Lowry

06.27 7 Comments A+ a-

Laporan Praktikum                                             Tanggal Mulai    : 07 Oktober 2011
MK Analisis Zat Gizi Makro                               Tanggal Selesai : 07 Oktober 2011



PENETAPAN KADAR PROTEIN
Metode Lowry



Yudhi Nawawi                         I14104004
Nurul Fitriah                            I14104018
Sartika Theodora P.                I14104019
Wilda Haerul F.                       I14104020
Ariane Monalisa                      I14104021
Siti Nur Fauziah                      I14104022

Asisten Praktikum:
Fitriani Azis R.
Rahmi Kholida


Penanggung Jawab Mata Kuliah:
Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS



IPB 1



FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno 1990).
Protein digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan enegi dalam tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein ikut pula mengatur berbagai proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan membentuk zat-zat pengatur proses dalam tubuh. Protein mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh darah. Sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan basa dapat mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh (Winarno 1990).
Penetapan protein secara akurat merupakan pekerjaan yang sulit dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah protein membentuk grup yang sangat beragam dan luar biasa kompleksnya baik dalam komposisi maupun dalam sifat sehingga sulit untuk memisahkan, memurnikan atau mengekstrak, sifat amfoterik dari protein, kemampuan mengabsorbsi yang tinggi, dan sensitifitas terhadap elektrolit, panas, pH, dan pelarut. Oleh karena itu analisa protein dalam makanan pada umumnya lebih kepada kadar total protein dan bukan pada kadar protein tertentu (Anwar & Sulaeman 1992).
Kadar protein yang terkandung dalam setiap bahan berbeda-beda. Karena itu, pengukuran kadar protein suatu bahan sangat diperlukan. Praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kadar protein dalam suatu bahan yaitu putih telur ayam kampong dan putih telur ayam negeri. Metode yang digunakan adalah metode Lowry. Metode ini berdasarkan prinsip reaksi antara Cu2+ dengan ikatan peptide dan reduksi asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat oleh tirosin dan triptofan (merupakan residu protein) akan menghasilkan warna biru. Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL. Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya (Anwar & Sulaeman 1992).
Tujuan
            Tujuan pada praktikum metode lowry adalah menganalisis kadar protein pada sampel. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk mengetahui cara kerja penetapan kadar protein dengan metode lowry.































PENDAHULUAN
Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor (Santoso 2008).
Kebanyakan protein merupakan enzim atau sub unit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon (Santoso 2008).
Analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara kualitatif dan secara kuantitatif. Analisis protein secara kualitatif terdiri atas reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida, dan reaksi Sakaguchi. Sementara itu, analisis protein secara kuantitatif terdiri dari metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret), dan metode spektrofotometri UV (Apriyantono dkk 1989).

Telur
Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Telur ayam negeri memiliki kandungan protein yang bagus bagi tubuh yaitu sekitar 7 gram yang terdapat dalam satu butir telur. Selain itu, kandungan gizi yang terdapat dalam telur ayam negeri, yaitu energi 85 kalori, protein 7 gram, lemak 6 gram, karbohidrat 0,5 gram, kalsium 27 mg, zat besi 1,4 mg, dan vitamin A 155 RE (Sudarmaji dkk 1989).
Telur ayam negeri mengandung hampir semua zat gizi essensial (seperti asam lemak tidak jenuh dan vitamin serta mineral). Telur ayam negeri tersusun atas 1/3 kuning telur dan 2/3 putih telur. Kuning telur mengandung 50% air dan sepertiganya adalah lemak, trigliserida (65,5%), fosfolipid (28,3%) dan kolesterol (5,2%). Sedangkan putih telur lebih cair mengandung 90% air, protein, karbohidrat, ion anorganik dan tidak mengandung lemak dan kolesterol. Telur ayam kampung mempunyai kelebihan dibandingkan telur ayam yang lain. Per 100 gram telur ayam kampung mengandung 174 kalori, 10,8 gram protein, 4,9 mg zat besi dan 61,5 g retinol (vitamin A) (Sudarmaji dkk 1989).

Protein Telur
            Komposisi telur dapat dikatakan sangat beragam tergantung pada beberapa faktor antara lain bangsa, tingkat laktasi, pakan, interval pengetasan temperatur dan umur ayam. Telur mengandung protein dan vitamin yang bermanfaat bagi tubuh. Protein merupakan polimer dari molekul asam amino. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh karbohidrat dan lemak (Abu Bakar 2005).
            Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi biologinya, yaitu sebagai enzim, protein transport, protein nutrien dan protein simpanan. Protein juga dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan sifat-sifat fisiknya yaitu protein globular dan protein serabut (Lehninger 1982).
Putih telur ayam terdiri dari empat lapisan yaitu lapisan encer luar, lapisan kental luar, lapisan encer dalam dan khalazaferous (Nakai dan Modler 2000 dalam Suryono 2006). Empat bagian utama putih telur yaitu lapisan putih telur yang encer bagian luar, lapisan putih telur yang kental, lapisan putih telur encer bagian dalam dan lapisan kalaza. Bagian putih telur diikat dengan bagian kuning telur oleh kalaza, yaitu serabut-serabut protein berbentuk spiral yang disebut mucin. Bahan utama penyusun putih telur adalah protein dan air. Perbedaan kekentalan putih telur disebabkan oleh perbedaan kandungan air (Suryono 2006).
Protein sederhana pada putih telur terdiri atas ovalbumin, ovoconalbumin dan ovoglobulin, sedangkan yang kedua termasuk glycoprotein, yaitu ovomucoid dan ovomucin. Ovomucin pada putih telur pada putih telur yang kental lebih besar daripada putih telur yang encer. Ovomucin merupakan fraksi protein putih telur yang membentuk selaput dan berfungsi menstabilkan struktur buih. Pemberian asam asetat yang berlebihan akan mengakibatkan penggumpalan sebagian ovomucin dan memperkecil elastisitas gelembung buih. Kerusakan gejala-gejala ovomucin mengakibatkan air dari protein putih telur akan keluar dan putih telur menjadi encer. Semakin encer putih telur, maka semakin tinggi tirisan buih yang dihasilkan (Suryono 2006).

Serum Albumin Bovin
Serum albumin, sering disebut albumin adalah protein dengan jumlah terbanyak di dalam tubuh. Albumin sangat penting demi memelihara tekanan osmosis untuk distribusi fluida tubuh antara intravascular  compartment dan jaringan tubuh. Albumin juga berfungsi sebagai pengusung plasma dengan secara tidak langsung mengikat beberapa hormon steroid hydrophobic dan protein pengusung bagi hemin dan asam lemak dalam sirkulasinya. BSA, fraksi V dari serum albumin berguna untuk meluruhkan beberapa substansi dari sirkulasi darah melalui jaringan hati, antara lain bilirubin, tiroksin, taurolithocholic acid,chenodeoxycholic acid, digitoksin dan juga heme peptida dari cytochrome C 60% dari protein di dalam plasma darah, jumlah serum yang melebihi batas normal dapat membahayakan manusia. Prealbumin ditengarai sebagai pengusung hormon tiroksin dari dalam darah menuju ke otak (Jeremy 2010).
Serum albumin adalah protein plasma darah yang paling berlimpah dan diproduksi dalam hati yang membentuk sebagian besar dari semua protein plasma. Pada manusia terdapat serum albumin, dan biasanya sekitar 60% dari protein plasma sedangkan semua protein lain yang hadir dalam plasma darah yang disebut globulin albumin serum penting dalam mengatur volume darah dengan menjaga tekanan osmotik dari darah. Protein albumin juga berfungsi sebagai sebagai pembawa untuk molekul larut air, termasuk hormon yang larut lemak, garam empedu, bilirubin, asam lemak bebas (apoprotein), kalsium, besi (transferin), dan beberapa obat.  (Jeremy 2010).
Albumin serum manusia atau albumin serum bovine (serum albumin aspi) atau BSA, sering digunakan dalam laboratorium biologi medis dan molekuler. Kisaran normal serum albumin manusia pada orang dewasa (> 3 tahun) adalah 3,5 sampai 5 g/dL. Anak-anak kurang dari tiga tahun, kisaran normal adalah 2,5-5,5 g/dL (Jeremy 2010).

Metode Lowry
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat-phosphotungstat, menghasilkan heteropoly-molybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya. Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL. Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya (Lowry dkk 1951).
Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein dengan metode Lowry ini, diantaranya buffer, asam nuklet, gula atau karbohidrat, deterjen, gliserol, Tricine, EDTA, Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril, disulfida, fenolat, asam urat, guanin, xanthine, magnesium, dan kalsium. Interferensi agen-agen ini dapat diminimalkan dengan menghilangkan interferensi tersebut. Oleh karena itu dianjurkan untuk menggunakan blanko untuk mengkoreksi absorbansi. Interferensi yang disebabkan oleh deterjen, sukrosa dan EDTA dapat dieliminasi dengan penambahan SDS atau melakukan preparasi sampel dengan pengendapan protein (Lowry dkk 1951).
Metode Lowry-Folin hanya dapat mengukur molekul peptida pendek dan tidak dapat mengukur molekul peptida panjang. Prinsip kerja metode Lowry adalah reduksi Cu2+ (reagen Lowry B) menjadi Cu+ oleh tirosin, triptofan, dan sistein yang terdapat dalam protein. Ion Cu+ bersama dengan fosfotungstat dan fosfomolibdat (reagen Lowry E) membentuk warna biru, sehingga dapat menyerap cahaya (Lowry dkk 1951).
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Reaksi yang terlibat adalah kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat-phosphotungstat (phosphomolybdotungstate), menghasilkan heteropolymolybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya. Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya (Sudarmanto 2008).







METODOLOGI
Waktu dan Tempat
            Praktikum pengujian penetapan kadar protein dengan metode Lowry ini dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2011 pada pukul 09.00-11.30 WIB. Tempat praktikum di Laboratorium Analisis Zat Gizi Makro lantai dua Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, IPB Darmaga.

Bahan dan Alat
            Bahan-bahan yang digunakan dalam penetapan kadar protein dengan metode lowry adalah telur ayam kampong, telur ayam negeri, aquades, pereaksi A (50 ml Na2CO3 2% dalam NaOH 0,1 N + 1 ml CuSO4 0,5% dalam Na K tartrat), dan pereaksi B (Follin wu). Alat - alat yang digunakan adalah timbangan, tabung reaksi, labu takar, pipet mikro, pipet tetes, pipet volumetri, spektrofotometri, dan rak tabung.
Sampel dimasukkan ke dalam labu takar lalu ditimbang (diambil bagian putih telurnya)

 
Prosedur Percobaan


Gambar 1 Prosedur percobaan penetapan kadar protein dengan metode lowry
 
 
















                                                                                                                     


HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Apriyanto dkk (1989), analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara kualitatif dan secara kuantitatif. Pada praktikum yang dilakukan menggunakan metode secara kuantitatif yaitu metode Lowry untuk mengetahui kadar total protein pada suatu bahan pangan. Bahan pangan yang digunakan pada percobaan ini adalah putih telur ayam kampung dan putih telur ayam negeri. Hal ini disebabkan putih telur baik pada ayam kampung maupun ayam negeri mengandung serum albumin yang tinggi serta mengandung protein dan vitamin yang berguna untuk kesehatan tubuh.
Komposisi telur dapat dikatakan sangat beragam tergantung pada beberapa faktor antara lain bangsa, tingkat laktasi, pakan, interval pengetasan temperature dan umur ayam. Protein merupakan polimer dair molekul asam amino. Protein memiliki sumber asam amino yang mengandung unsur organik seperti  C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh karbohidrat dan lemak (Abu Bakar 2005). Penetapan total kadar protein dapat dikatakan sulit karena beberapa faktor diantaranya protein dapat membentuk grup yang beragam dan kompleks sehingga sulit untuk memisahkan, memurnikan atau mengekstrak. Selan itu protein juga memiliki sifat amfoterik, kemampuan untuk mengabsorbansi yang tinggi sehingga terkadang dibutuhkan TCA (Trichloro Acetic Acid) untuk mengendapkan protein dan menghilangkan supernatan agar dapat dianalisa, dan sensifitasnya tinggi terhadap elektrolit, panas, pH dan pelarut.
Putih telur ayam kampung dan putih telur ayam negeri di uji dengan menggunakan metode Lowry yang menggunakan prinsip reaksi anatara Cu2+ dengan ikatan peptida dan reduksi dari asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat oleh tirosin dan tritofan yang merupakan residu protein yang akan menghasilkan warna biru. Reaksi oksidasi gugus memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri (Lowry dkk 1951). Selain itu larutan CuSO4 dan Na-knartartarat berguna untuk merubah warna biru pada larutan protein yang spesifik seperti tirosin dan triptofan yang bertindak sebagai residu protein. Residu protein seperti tirosin dan triptofan dapat berfungsi sebagai asam amino dari pereaksi asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat. Asam-asam amino yang terdapat pada putih telur harus tetap pada keadaan pH atau derajat keasamaan basa yaitu memiliki pH 8. Larutan NaOH yang dicampurkan dengan larutan Na2CO3 akan menyebabkan campuran pereaksi menjadi berada pada suasana kesetimbangan atau yang disebut dengan buffer sehingga protein-protein yang larut di dalam air akan menjadi asam-asam amino yang dapat larut di dalam air.
Larutan-larutan yang sudah direaksikan akan menghasilkan warna biru dan campuran larutan tersebut dimasukkan ke dalam kupvet. Setelah diamsukkan ke dalam kupvet, maka dapat dibaca absorbansi proteinnya di dalam spektrofotometri dengan pembacaan panjang gelombang sebesar 650 nm. Pembacaan absorbansi yang telah dilakukan maka didapatkan kurva standar dari larutan standar yang telah dibuat oleh praktikan. Absorbansi kurva standar dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:







Gambar 2 Kurva standar hubungan absorbansi dan konsentrasi

            Kurva standar yang telah dihasilkan menghasilkan persamaan regresi linier yaitu y=1,096x + 0,030 sehingga didapatkan nilai R2 sebesar 0,988. Hal ini menandakan bahwa kurva standar yang telah dihitung memiliki hubungan yang linier, semakin linier persamaan yang mendekati 1,00 maka semakin siginfikan hubungan antara konsentrasi dari larutan putih telur yang telah dibuat dengan pembacaan absorbansi pada spektrofotometri.
Larutan standar yang telah dibuat akan dibandingkan dengan larutan putih telur ayam kampung dan putih telur ayam negeri yang telah dibuat oleh masing-masing kelompok yang bertugas. Kandungan protein di dalam sampel tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:



Tabel 1 Kandungan protein dalam sampel

Kelompok
Sampel
Kadar protein (mg/100 g)
1
Telur ayam kampung
23297,55


163052,02
2

186237,94


207080,39
3
Telur ayam negeri
192002,23


27558,27
4

180908,63


-11932,11

          Hasil dari uji praktikum ini diperoleh kadar protein di dalam putih telur yang dinyatakan dalam mg/100 g yang memiliki arti bahwa di dalam 100 gram sampel tersebut sekian persen milligram protein di dalam larutan tersebut. Pada tabel ditunjukkan dengan adanya warna kuning pada angka yang tertera, hal ini menyatakan hasil dari absorbansi putih telur naik ayam kampung maupun putih telur ayam negeri memiliki absorbansi yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan standar. Pada warna hijau yang ditunjukkan pada angka yang tertera di dalam tabel menunjukkan absorbansi pada sampel khususnya sampel putih telur ayam negeri memiliki hasil absorbansi yang tidak tebaca oleh spektrofotometri. Hal ini disebabkan larutan sampel yang dihasilkan terlalu jenuh dan pekat warnanya akibat penambahan CuSO4 dan Na-knartartarat yang terlalu berlebihan. Hasil uji total kadar protein tetap menunjukkan hubungan yang linier dan signifikan meskipun ada larutan sampel yang tidak terbaca oleh spektrofotometri.








KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Protein merupakan polimer dair molekul asam amino. Protein memiliki sumber asam amino yang mengandung unsur organik seperti  C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh karbohidrat dan lemak. Penetapan total kadar protein dapat dikatakan sulit karena beberapa faktor diantaranya protein dapat membentuk grup yang beragam dan kompleks sehingga sulit untuk memisahkan, memurnikan atau mengekstrak. Selan itu protein juga memiliki sifat amfoterik, kemampuan untuk mengabsorbansi yang tinggi sehingga terkadang dibutuhkan TCA (Trichloro Acetic Acid) untuk mengendapkan protein dan menghilangkan supernatan agar dapat dianalisa, dan sensifitasnya tinggi terhadap elektrolit, panas, pH dan pelarut. Putih telur ayam kampung dan putih telur ayam negeri di uji dengan menggunakan metode Lowry yang menggunakan prinsip reaksi anatara Cu2+ dengan ikatan peptida dan reduksi dari asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat oleh tirosin dan tritofan yang merupakan residu protein yang akan menghasilkan warna biru.
Larutan CuSO4 dan Na-knartartarat berguna untuk merubah warna biru pada larutan protein yang spesifik seperti tirosin dan triptofan yang bertindak sebagai residu protein. Residu protein seperti tirosin dan triptofan dapat berfungsi sebagai asam amino dari pereaksi asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat. Asam-asam amino yang terdapat pada putih telur harus tetap pada keadaan pH atau derajat keasamaan basa yaitu memiliki pH 8. Larutan NaOH yang dicampurkan dengan larutan Na2CO3 akan menyebabkan campuran pereaksi menjadi berada pada suasana kesetimbangan atau yang disebut dengan buffer sehingga protein-protein yang larut di dalam air akan menjadi asam-asam amino yang dapat larut di dalam air.
Kurva standar yang telah dihasilkan menghasilkan persamaan regresi linier yaitu y=1,096x + 0,030 sehingga didapatkan nilai R2 sebesar 0,988. Hal ini menandakan bahwa kurva standar yang telah dihitung memiliki hubungan yang linier, semakin linier persamaan yang mendekati 1,00 maka semakin siginfikan hubungan antara konsentrasi dari larutan putih telur yang telah dibuat dengan pembacaan absorbansi pada spektrofotometri. Hasil uji total kadar protein tetap menunjukkan hubungan yang linier dan signifikan meskipun ada larutan sampel yang tidak terbaca oleh spektrofotmetri.

Saran
          Pada uji coba praktikum kali ini terdapat kesalahan pada pencampuran larutan sampel putih telur ayam negeri yang dilakukan oleh satu kelompok praktikan. Hal ini disebabkan pada larutan sampel tersebut terlalu berlebihan dicampurkan dengan pereaksi CuSO4 dan Na-knartartarat, untuk menghasilkan warna biru. Hal ini menyebabkan warna biru yang dihasilkan oleh larutan sangat pekat dan terlalu jenuh. Larutan sampel yang terlalu pekat dan jenuh tidak dapat dibaca absorbansi cahayanya oleh spekterofotomoteri. Sebaiknya praktikan yang bertugas lebih teliti dan akurasi dalam mencampurkan larutan sampel agar tidak terjadi kesalahan dan deviasi dalam uji coba pada praktikum berikutnya.
















DAFTAR PUSTAKA
Abubakar dan M. Ilyas. 2005. Mutu Telur Karamel Asal Telur Pecah Selama Penyimpanan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veterineer 2005.
Anwar, F dan A. Sulaeman.  1992.  Penetapan Zat Gizi Dalam Makanan.  PAU Pangan dan Gizi IPB.
Apriyantono dkk. 1989. Analisis Pangan. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Psat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB.
Lowry , Rosenbrough , Farr, Randall. 1951. Protein Measurement with the Folin Phenol Reagent. New York: Kluwer Academic Publishers.
Lehninger, Albert. 1982. Dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Santoso. 2008. Protein dan Enzim. www.heruswn.teachnology [19 Maret 2010].
Sudarmaji dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Sudarmanto Arie. 2008. Penetapan kadar protein metode lowry. http://ariebs. Staff.ugm.ac.id/ [10 oktober 2011]
Suryono H. 2006. Daya dan Kestabilan Buih Putih Telur Itik Tegal dengan Penambahan Asam Asetat pada Umur Simpan yang Berbeda [skripsi]. Bogor: Program Studi Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Winarno F.G. 1990. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.












LAMPIRAN

                    
Gambar 3. Sampel telur ayam kampung                              Gambar 4. Pereaksi

                                     
Gambar 5. Sampel diencerkan                            Gambar 6. Sampel ditambah pereaksi a


                                           
Gambar 7. Sampel ditambah pereaksi b                         Gambar 8. Alat spektro


Tabel 3 Nilai absorbansi, blanko, dan konsentrasi sampel
Kelompok
Absorbansi
Abs-Blanko
Konsentrasi []
1
0,137
0,132
0,1
2
0,258
0,253
0,2
3
0,39
0,385
0,3
4
0,448
0,443
0,4
5
0,59
0,585
0,5
Blanko
0,005
-
-

Tabel 4 Nilai berat dan absorbansi rata-rata sampel
Kel
Sampel
Berat
Absorbansi
Abs rata-rata
1
Telur ayam kampung
a. 1,1531
0,634
0,547
b. 1,2031
0,460
2
a. 1,1611
0,504
0,498
b. 1,0178
0,492
3
Telur ayam negri
a. 1,0312
0,464
0,570
b. 1,0349
0,676
4
a. 1,0444
0,444
0,444


b. 1,1147
0,000

Rumus Perhitungan:
Persamaan:
y=ax+b
Rumus regresi linier:

Rumus pendekatan:
Contoh Perhitungan:
y=1,096x+0,030


7 komentar

Write komentar
Unknown
AUTHOR
14 September 2013 pukul 19.51 delete

donghae nya keren bangettttttttttt

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
8 Februari 2016 pukul 14.13 delete

Thanks untuk sharingnya. Mungkin buat tataletaknya bisa sedikit di rapihkan agar mudah di baca :)

Kunjungi juga
http://unityofscience.org/penentuan-kadar-protein-dengan-metode-lowry/

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
8 Februari 2016 pukul 14.15 delete

Thanks untuk sharingnya. Mungkin buat tataletaknya bisa sedikit di rapihkan agar mudah di baca :)

Kunjungi juga
http://unityofscience.org/penentuan-kadar-protein-dengan-metode-lowry/

Reply
avatar
22 Agustus 2017 pukul 20.48 delete

Salfok sama Donghae yah, hehe

Reply
avatar