Trip To Bali

29 April 2018 tepatnya pukul 00.00 WIB ditemani koper mungil, ransel ala kadarnya, tas kamera dan penampilan acak-acakan (ndak mandi sama sekali), gw berangkat dari planet Bekasi menuju bandara Soekarno Hatta.
This is my 1st time maen ke Bali, dan ini special occasion karena my company held employee gathering there.
Excited? Jangan lo tanya Ferguso~~ fyi flight gw jam 04.55 WIB, tapi gw udah start dari rumah jam 00.00 WIB. Lo bayangin deh tuh semangatnya gw mau ke Bali 😆😆😆.

Trip 4 hari 3 malam di Bali menurut gw ga cukup buat describe how I am feeling about this place. Pantainya, peoplenya, makanannya, budaya dan suasananya bikin gw betah tinggal disana (tbh sempat terlintas dipikiran gw buat stay disana after my retirement).

Berhubung gw ini suka banget sama pantai, tempat pertama yang gw kunjungi yaahh ini Pantai Pandawa. Dari pinggir jalan lo udah bisa nyium aroma laut & semilir angin pantai. Selain pantai Pandawa gw juga berkesempatan mengunjungi pantai Padang-Padang (lokasi syuting Film Eat Pray Love nya Julia Roberts & lokasi syuting video klip MLTR untuk lagu Someday). Di pantai Padang-Padang ini juga gw sempat kenalan sama single father (from Canada) yang lagi holiday sama daughternya (gw ga foto karena hp lowbet).



How about sunset??
Capture sunset terbaik yang gw dapetin selama 4 hari 3 malam di Bali nih, dan foto-foto ini selalu berhasil bikin gw kangen sama suasana sunset.




Saat gw berkunjung bulan April 2018 kemaren, patung GWK (Garuda Wisnu Kencana) masih dalam proses pembangunan jadi tim leader gw mutusin untuk tidak berkunjung kesana.
But akhirnya gw berhasil foto di Desa Penglipuran, salah satu destinasi di Bali yang paling bikin gw amazed karena masyarakatnya yang masih menjalankan budaya tradisional Bali dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga covid 19 segera berakhir biar gw bisa maen ke Bali lagi di tahun ini.
Baliiiiiiiii, wait meeee~~~



Greatest Love Of All

Hi guys,

Its already December 💙.
The best thing in December is Christmas already begin!!!

Why I named this thread "Greatest love of all"? 
Feels familiar with this title?
Yeah..!! The biggest hits ever on 90s.


My mom used to singing a song "Whitney Houston's song Greatest Love Of All" when she sent us to school 😭😭😭😭😭😭😭😭😭 (I miss her sweet voice).

Honestly, since earlier December, I miss the most beautiful women in my life (read my mom) so bad (make some bad effect for body immunity).  I miss her laugh, her bad jokes, her smile, her anger, her nagging, her scolding, and many things about her. Thats why I put this song on my playlist lately.

One of her favorite part :

I decide long ago, never to walk in anyone's shadows.
If I fail, if I succeed, at least I lived as I believe.
No matter what they take from me, 
They can't take away my dignity.

She said that this part inspire her to love and becoming herself. She taught her children (Kak Dewi, Dek Dora, Dek Dame, & Bang Ruben) how to find their strength, their brave, and their affection (and its actually works guys).

This December will becoming our second Christmas without her. Something was missing but we believe that she already held an amazing Christmas in heaven.

How are you in heaven mom?


Theodora Panggabean
~~Mommy's Daughter~~







 





Curahan Hati CungPret

Konnichiwa ~~~~~

Eng-ing-eng ~~~~~

Udah lama ga nulis di blog ini :( :(.
Saatnya buat bersihin sawang-sawang yang udah lama bertengger di tiap sudut blog ini #EfekSampingDianggurinSamaHamba.
Hamba bertekad kalau blog ini tidak boleh memiliki nasib yang sama dengan status hati hamba (single terawet se republic Natural).

Kenapa hamba anggurin blog ini? The answer is saat ini hamba sedang sibuk dengan status baru di office sebagai cungpret (read Kacung Kampret) profesional sejagat Natural. Kalo mba Kerani MSB punya stupid boss, nah office hamba punya cungpret profesional.

Fyi, cungpret adalah jabatan struktural yang memegang peranan penting dalam management suatu company. Mau tau dari sisi mana pentingnya jabatan ini?
Tenang, di thread selanjutnya akan hamba share special thesis dari Natural university "Become A Master of Cungpret" 🙇🙇🙇.

Sebenarnya hamba pengen curcol juga shih,
Sebulan ini, hidup dan karir hamba bagai ditarik ulur sama grandmaster (read atasan), kayak hati hamba yang diulur mulu sama abang Donghae #MintaDitabokSamaELF 😆😆. Proses tarik ulur ini akhirnya sempat membuat hamba berujung pada kata resign dari republik Natural.

Kata "resign" sebenarnya punya pengalaman buruk buat hamba #MenerawangKeKejadian3tahunLalu, tapi kata itu yang paling ampuh buat nenangin kalutnya jiwa hamba.

3 weeks.
2 weeks.
1 weeks.
Muncul hal yang berkecamuk dalam hati hamba.
Stay or not. Like or dislike.

Dan jeng jeng jeng jeng,
I choose to stay.
Why?
Biarlah hanya Tuhan yang tau alasan rasional hamba menerima tawaran sang grandmaster yang cukup membuat hamba terenyuh dan berusaha untuk jadi pribadi yang dewasa dan wise (pas ngetik kata ini hamba pengen nyemplung ke got tetangga).

Anw, hamba cukup bahagia dengan keputusan ini,
And thanks to Jesus Christ and my family, hamba bisa menjalani hari dengan luar biasa di republik ini (dengan bantuan doa setiap malam juga).

Sssstttt, ada tugas cungpret yang belum hamba selesaikan hari ini,
Nextnya hamba curcol lagi,



Theodora Panggabean
#CungPret






I'm Back....!!!

Hi guys 

Finally,

Setelah melewati masa-masa ter-galau, ter-labil, ter-bego sepanjang 2 tahun 8 bulan ini, gw bisa menulis sesuatu lagi di blog ini. 

Move on.

1 frase kalimat yang dulunya susah buat gw wujud-in dan paling ga suka gw denger.
But you know fellaz, nowadays statement yang paling sering gw omongin ke teman-teman gw adalah "Lets MOVE ON!" ga peduli soal karir, sahabat, masalah sehari-hari apalagi soal romance.

Intinya => pengalaman hidup mengajarkan banyak hal buat gw.
and here I am.



Review Jurnal Gizi Olahraga


Laporan Praktikum                                             Hari/Tanggal: Kamis, 24 Mei 2012
MK Gizi Olahraga



Hubungan antara Makanan dengan Faktor Aktivitas terhadap Massa Tulang dan Tinggi Badan Pada Remaja Kulit Hitam dan Kulit Putih (Relations of Diet and Physical Activity to Bone Mass and Height in Black and White Adolescents)

Oleh:
Sartika F.T Panggabean         I14104019




Asisten:
Mury Kuswari




Penanggung Jawab:
Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS




 








DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Perkembangan tubuh selama masa pertumbuhan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan. Oleh karena itu, untuk memahami pengaruh dari faktor gaya hidup seperti makanan dan aktivitas fisik dapat dilakukan implementasi dan intervensi sehingga membantu remaja dalam memperoleh tubuh yang sehat. Salah satu cara untuk mengetahui hubungan ini adalah dengan melakukan penelitian cross sectional yang mempelajari dan meneliti bagaimana makanan dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi komponen yang berbeda dari setiap komposisi tubuh.
            Remaja yang melakukan aktivitas yang tinggi dan mengkonsumsi makanan dengan lebih dari teman seusianya cenderung untuk memiliki lemak tubuh yang rendah sehingga menyebabkan remaja tersebut memiliki resiko yang sangat kecil untuk terkena penyakit kardiometabolik. Dengan kata lain, pencegahan osteoporosis dapat dilakukan mulai dari masa remaja. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami hubungan makanan dan aktivitas fisik terhadap tingkat adiposa yang rendah dan massa tulang yang tinggi.
            Remaja kulit hitam dan laki-laki memiliki jumlah massa tulang yang lebih tinggi daripada remaja kulit putih dan perempuan.  Selain itu, terdapat bukti lain yang mengatakan bahwa jumlah massa tulang yang tinggi berhubungan dengan faktor makanan seperti intake susu dan aktivitas fisik. Komponen mineral tulang merupakan indeks massa tulang yang berhubungan secara langsung terhadap kekuatan tulang pada pertumbuhan remaja. Gaya hidup seperti aktivitas fisik yang tinggi dapat membantu remaja dalam mencerna makanan dalam jumlah yang banyak tanpa harus khawatir akan mengalami kelebihan massa lemak tubuh. Dengan kata lain, makanan dengan tingkat energi yang tinggi dapat membuat tubuh remaja menyerap jumlah energi dan zat gizi yang cukup untuk perkembangan tulang. Jumlah komponen mineral tulang yang tinggi dan tinggi badan dipengaruhi oleh aktivitas fisik, konsumsi makanan hasil peternakan (susu, daging), intake energi makanan, vitamin D, dan kalsium.
Tujuan
            Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1.   Menentukan hubungan dan potensial reaksi dari makanan dan aktivitas fisik terhadap komponen mineral tulang pada 660 responden penelitian.
2.   Mengetahui hubungan makanan dan aktivitas fisik terhadap tinggi badan.
METODOLOGI
Subjek Penelitian
            Responden yang dijadikan subjek peneltian adalah remaja dengan rentang usia 14-18 tahun yang dikumpulkan dari sekolah menengah atas di Augusta, daerah Georgia. Sekolah yang dipilih memiliki siswa berkulit hitam dan putih, namun di sekolah ini juga terdapat ras Asia. Akan tetapi, ras Asia tersebut tidak dipakai sebagai subjek dalam penelitian ini. Subjek penelitian diambil secara purposive yaitu berumur 14-18 tahun, berkulit hitam dan putih, masih duduk dibangku sekolah menengah atas, memiliki berat badan < 300 lbs, dalam keadaan sehat, subjek perempuan tidak dalam keadaan hamil, tidak mengkonsumsi obat-obatan yang berpengaruh terhadap hasil penelitian,
Variabel utama makanan yang diteliti adalah total intake energi, penyebaran zat gizi makro, intake susu, vitamin D, dan kalsium. Variabel aktivitas fisik yang diteliti adalah aktivitas tinggi (>6 METs) dan aktivitas biasa (3-6 METs). Perhitngan faktor aktivitas responden dilakukan dengan melalui telepon dan ditanyakan mengenai aktivitas responden. Kemudian aktivitas tersebut diklasifikasikan dalam aktivitas ringan dan aktivitas berat. Recall makanan dan aktivitas fisik tersebut dilakukan oleh ahli gizi yang sudah terlatih. Pada recall makanan remaja digunakan alat bantu seperti NDS-R Food dan Nutrient Database yang menggolongkan bahan pangan ke dalam 9 kelompok pangan yaitu buah-buahan, sayuran, golongan lain-lain, minyak dan lemak, minuman, padi-padian, daging, makanan manis, dan  golongan susu/non susu. Takaran saji yang digunakan disesuaikan dengan pedoman diet Amerika tahun 2005 (Dietary Guidelines for Americans 2005) atau berdasarkan label takaran saji pada Food and Drug Administration.

Analisis Statistik
            Analisis statistik penelitian ini menggunakan software SAS versi 9.1.3 (SAS Institute, Inc, Cary, NC, USA) untuk menentukan level signifikansi (p<0,05). Uji korelasi Pearson juga digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara semua variabel dan mengidentifikasi pengaruh multi linieritas yang dapat terjadi pada penelitian ini. Data primer penelitian meliputi variabel demografi seperti umur, jenis kelamin, dan ras (suku bangsa) yang dapat menggambarkan pengaruh variabel demografi terhadap variabel komponen mineral tulang dan tinggi badan.

HASIL PEMBAHASAN
          Berat badan, tinggi badan, komponen mineral tulang, dan aktivitas fisik mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan usia. Remaja laki-laki memiliki komponen mineral tulang yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja perempuan. Sebaiknya remaja berkulit hitam memiliki komponen mineral tulang yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja berkulit putih. Berdasarkan recall makanan, remaja berkulit putih memiliki konsumsi makanan yang lebih besar disbanding remaja berkulit hitam, Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya konsumsi karbohidrat, konsumsi kalsium, vitamin D, protein, dan hasil olahan peternakan. Akan tetapi, remaja berkulit hitam memiliki konsumsi lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja berkulit putih.  
            Pada variabel aktivitas fisik,  remaja laki-laki memiliki aktivitas ringan yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja perempuan. Namun, pada variabel aktivitas berat, remaja laki-laki berkulit hitam memiliki tingkat yang lebih tinggi dibandingkan responden lainnya, sedangkan remaja perempuan berkulit hitam memiliki tingkat aktivitas berat yang lebih kecil. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh hubungan signifikansi antara variabel komponen mineral tulang dengan aktivitas fisik remaja (p<0,05, p=0,004). Hubungan ini ditunjukkan oleh jenis aktivitas yang berat dan bukan jenis aktivitas yang ringan. Aktivitas yang berat memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap komponen mineral tulang dibandingkan dengan aktivitas ringan. Tinggi badan juga sangat berpengaruh terhadap aktivitas. Pengaruh tinggi badan terhadap aktivitas fisik dialami oleh remaja perempuan, sedangkan remaja laki-laki tidak mengalami pengaruh tinggi badan terhadap aktivitas fisik.
Variabel makanan seperti konsumsi kalsium juga menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap komponen mineral tulang (p<0,05, p=0,0002). Selain itu, hubungan signifikan juga ditunjukkan oleh konsumsi makanan hasil olahan peternakan (dairy servings) terhadap komponen mineral tulang (p<0,05, p=0,002). Berdasarkan penelitian ini juga ditemukan bahwa variabel demografi seperti ras (suku bangsa), jenis kelamin, dan umur memiliki hubungan yang signifikan terhadap komponen mineral tulang. Ketiga variabel tersebut memiliki koefisien signifikansi yang sama yaitu 0,0001 (p<0,05) terhadap komponen mineral tulang.


KESIMPULAN
          Massa tulang dan tinggi badan remaja dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan aktivitas fisik. Faktor utama dari makanan yang sangat mempengaruhi adalah intake energi dan produk hasil olahan peternakan. Aktivitas fisik yang berat lebih memiliki pengaruh secara langsung terhadap komponen mineral tulang apabila dibandingkan dengan aktivitas fisik yang ringan. Konsumsi makanan remaja berkulit hitam dan berkulit putih memiliki hubungan dengan komponen massa tulang dan tinggi badan yang dilihat dari intake karbohidrat, kalsium, vitamin D, dan intake hasil olahan peternakan.
            Energi dan zat gizi menyediakan komponen penting untuk mengoptimalkan perkembangan komposisi tubuh. Makanan sangat berpengaruh terhadap komponen mineral tulang dan tinggi badan sehingga dapat mendukung perkembangan tubuh remaja. Tingkat masa tubuh yang rendah juga berhubungan dengan intake energi tinggi dan aktivitas fisik yang tinggi.

ANEMIA


Anemia adalah kondisi di mana darah Anda memiliki jumlah sel darah merah di bawah normal. Kurangnya sel darah merah ini biasanya diindikasikan oleh hitungan hemoglobin yang lebih rendah dari normal (lihat tabel).
Hemoglobin adalah unsur utama penyusun sel darah merah yang merupakan protein kaya zat besi dan berfungsi membantu sel darah merah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Bila jumlah hemoglobin Anda sedikit, sel-sel tubuh Anda akan kekurangan oksigen. Anda akan merasa lelah, lemas dan gejala anemia lainnya. Anemia parah dan menahun (kurang dari 5 g/dl) dapat mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain. Anemia yang sangat parah  bahkan dapat menyebabkan kematian.
Gejala
Kadar Hb Normal
Pria dewasa
13.5 – 17 g/dl
Wanita dewasa
12 – 15 g/dl
Ibu hamil
11 – 12 g/dl
Bayi baru lahir
14 – 24 g/dl
Anak-anak
11 – 16 g/dl
Penyebab
Anemia terutama disebabkan oleh kehilangan darah, kekurangan produksi sel darah merah atau perusakan sel darah merah yang lebih cepat dari normal. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh:
§  Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat dan vitamin C,  unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
§  Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia. Sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil dan 3% pria mengalami kekurangan zat besi.
§  Tidak mengkonsumsi daging (vegetarian) dapat menyebabkan Anda kekurangan vitamin B12, jenis vitamin yang hanya ditemui pada makanan hewani (daging, ikan, telur, susu). Di kalangan non vegetarian, hampir tidak ada yang kekurangan vitamin ini karena cadangannya cukup untuk produksi sel darah sampai lima tahun.
§  Asam folat tersedia pada banyak makanan, namun terutama terdapat di hati dan sayuran hijau mentah.

Penanganan
§  Bila Anda merasakan gejala anemia di atas dan orang-orang di sekeliling Anda melihat Anda tampak pucat dan lelah, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan menanyakan kebiasaan makan Anda dan obat yang sedang Anda minum. Anda lalu akan mendapatkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menentukan apakah terdapat anemia dan apa penyebabnya.
§  Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah kekurangan zat besi, dokter akan mencari tahu dan mengatasi penyebab kekurangan tersebut. Suplemen zat besi dalam bentuk tablet atau sirup mungkin diberikan. (Bila anemia disebabkan oleh masalah penyerapan pasca- operasi gastrektomi, pemberian suplemen akan diberikan secara intramuskular atau intravenal).

Penanggulangan Anemia
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain :
1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup secara rutin pada usia remaja.
2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.
3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.
4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.
5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi (Lubis, 2008).





Kekurangan Vitamin A

PEMBAHASAN
Definisi Vitamin A dan Kekurangan Vitamin A Sub Klinis
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama genetik yang menyatakan semua retinoid dan prekusor atau provitamin A atau karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. Vitamin A essensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup (Whitney & Rofles  2008).
Aktivitas vitamin A di dalam jaringan diukur dalam International Unit (IU) atau satuan International (SI). Pada tahun 1967 FAO atau WHO menganjurkan istilah Retinol Ekivalen (RE) sebagai unit  pengukuran vitamin A, tetapi hingga sekarang Satuan International (SI) masih umum dipakai. Satuan International, RE dan ekivalennya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Satuan Vitamin A dan Ekivalen


1.0 g RE =
1.O µg retinol
6.0 µg beta karoten
12.0 µg karotenoid lain
3.3 SI (Satuan International) retinol
9.9 SI (Satuan International) betakaroten
Sumber: Almatsier (2006).
Menurut Almatsier (2006), vitamin A adalah suatu kristal alkohol berwarna kuning dan larut dalam lemak. Dalam makanan vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester retinil, yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang. Didalam tubuh, vitamin A berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif, yaitu retinol (bentuk alkohol), retinal (aldehida), dan asam retinoat (bentuk asam). Kekurangan vitamin A (KVA) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A dalam jaringan penyimpanan (hati) dan melemahnya kemampuan adaptasi terhadap kondisi gelap dan sangat rendahnya konsumsi vitamin A (WHO  1998). KVA tingkat subklinis yaitu tingkat KVA yang belum menampakkan gejala nyata atau tidak menunjukkan gejala secara fisik, masih menimpa masyarakat luas terutama kelompok balita (Depkes  2003).
Cut of Point dan Sumber Vitamin A
WHO merekomendasikan untuk mengetahui kekurangan vtamin A subklinis dengan diukur indikator biokimia. Meskipun semua indikator biokimia yang tersedia saat ini memiliki keterbatasan
Serum retinol merupakan indikator biokimia yang sudah established untuk menentukan status vitamin A. Akan tetapi, penentuan kadar vitamin A serum juga masih ada kelemahannya sebab belum dapat diketahui status vitamin A dalam tubuh karena kadar vitamin A serum dipengaruhi oleh simpanan vitamin A dalam hati. Kadar antara 0,35 dan 0,70 mmol/l cenderung ciri defisiensi sub klinis, namun defisiensi sub klinis masih mungkin terjadi di tingkat antara 0,70 dan 1,05 mmol/l, dan kadang-kadang di atas 1,05 mmol/l. Prevalensi nilai dibawah 0,70 mmol/l (<20 µg/dl) adalah ambang batas populasi umum untuk anak-anak prasekolah. Infeksi klinis dan sub klinis dapat mengurangi konsentrasi serum vitamin A rata-rata hingga 25% terlepas dari vitamin A. Oleh karena itu, pada tingkat antara sekitar 0,5 dan 1,05 mmol/l (WHO 1996).
Pada kadar vitamin A serum (retinol) 20-30 µg/dl dapat dikatakan bahwa simpanan vitamin A masih cukup, bila kadarnya dalam serum dibawah 10 µg/dl, simpanan vitamin A dalam hati sudah sangat rendah dan biasanya tanda-tanda klinis sudah mulai muncul. Untuk menghindari kesalahan penentuan status vitamin A tubuh karena adanya kemampuan kompensasi dari cadangan dihati maka diperlukan suatu metode disebut Relative Dose Response (RDR) dan akan lebih baik lagi bila penentuan kadar vitamin A serum disertai dengan penentuan kadar Retinol Binding Protein (RBP) sehingga status vitamin A dan status protein tubuh dapat diketahui. Pada anak normal  kadar RBP plasma 20-30 µg/dl dan dewasa 40-50 µg/dl, sedangkan pada KVA kadar tersebut dapat turun sampai 50%. Berikut ini merupakan kategori status Vitamin A dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kategori Status Vitamin A
Kategori
Cut of Point
Defisiensi (Klinis)
< 10 µg/dl
Marginal (Rendah)-defisiensi Subklinis
<20-10 µg/dl
Cukup
20-50 µg/dl
Berlebih
>50 µg/dl
Defisiensi (Klinis)
< 10 µg/dl
Sumber: DepKes (2003).
Bentuk aktif vitamin A (Ester retinyl) hanya terdapat dalam pangan hewani. Pangan nabati mengandung karotenoid yang merupakan prekusor (provitamin) vitamin A. Diantara ratusan karotenoid yang terdapat di alam, hanya bentuk alfa,beta dan gama serta kriptosantin yang berperan sebagai provitamin A. Beta karoten adalah bentuk provitamin A paling aktif, yang terdiri atas dua molekul retinol yang saling berkaitan. Vitamin yang berasal dari sumber pangan nabati sulit untuk diserap karena pemecahan struktur karotenoid 2 kali struktur retinoid (Almatsier  2006).
Etiologi
Kekurangan vitamin A dapat disebabkan karena kekurangan primer dan kekurangan sekunder. Kekurangan primer akibat kurang konsumsi dan kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, atau karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A terjadi terutama karena kurangnya asupan vitamin A yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Konsumsi vitamin A dan  provitamin A yang rendah (di bawah kecukupan konsumsi vitamin A yang dianjurkan) berlangsung dalam waktu lama akan  mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal dengan kekurangan vitamin A (KVA).
Simpanan vitamin A pada orang dewasa dalam hati bisa memenuhi kebutuhan selama ± 24 bulan. Jika konsumsi makanan yang mengandung vitamin A tidak memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak-anak yang mengalami tumbuh kembang maka xeropthalmia akan terlihat dalam beberapa minggu (Gibson  2005).
Asupan vitamin A yang kurang karena penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh yang terganggu. Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita Kurang Energi Protein (KEP), penyakit hati, alfa, beta-lipoproteinemia, atau gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu (Almatsier  2006).
Di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia banyak ditemukan penderita kekurangan energi protein (KEP) tampaknya keadaan ini berkorelasi positif dengan KVA. Metabolisme vitamin A membutuhkan molekul protein fungsional tertentu. KEP akan terjadi penurunan sintesis enzim , perubahan histologis mukosa menurun sehingga fungsi absorpsi usus terganggu. Anak yang mengalami kekurangan energi dan protein akan mengalami kekurangan vitamin A. Pada KVA terjadi perubahan mukosa usus, sel mukosa mengalami degradasi atau artropi sehingga fungsi digesti dan absorbsi usus berkurang. Keadaan ini dapat mengakibatkan malabsorbsi yang dapat berakibat gizi kurang (Arifin  1995).
Malabsorpsi adalah kegagalan usus halus untuk menyerap makanan tertentu. Ketidakmampuan menyerap tersebut dapat mengenai satu jenis asam amino, lemak, gula, asam amino, lemak, gula, atau semua vitamin yang larut lemak. Malabsorpsi terhadap segala sesuatu yang diserap di satu segmen usus halus juga terjadi. Gambaran klinis malabsorpsi akan secara spesifik beraitan dengan apa yang tidak dapat diabsorpsi dan ada tidaknya bagian usus yang lain yang dapat mengkompensasi malfungsi usus halus tersebut. Defisiensi garam empedu menyebabkan malabsorpsi vitamin larut lemak yang menimbulkan defisiensi vitamin A, D, E dan K (Corwin  2001).
Digesti karoten dan absorpsi membutuhkan adanya lemak yang cukup dalam diet sebab karoten dan vitamin A larut dalam lemak. Sedangkan digesti lemak memerlukan empedu dan getah pankreas. Jika ada gangguan sekresi empedu dan getah pankreas maka digesti lemak kurang efektif akibatnya absorpsi karoten dan vitamin A juga berkurang (Arifin  1995).
Rendahnya vitamin A dalam serum dapat terjadi juga  karena defisiensi Zn. Zn diduga berperan penting dalam mobilisasi cadangan vitamin A dari hati dan melakukan fungsi dlm proses oksidasi dan reduksi vitamin A di jaringan perifer serta diperlukan juga dalam pembentukan Retinol Binding Protein (Arifin 1995).

Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A
KVA tingkat sub klinis yaitu tingkat KVA yang belum menampakkan gejala nyata atau tidak menunjukkan gejala secara fisik. Kekurangan vitamin A pada anak-anak berakibat lebih buruk dibandingkan dewasa. Pertumbuhan badan terganggu dan kekebalan  terhadap penyakit infeksi berkurang. Sering ditemukan hubungan peningkatan defisiensi vitamin A terjadi seiring peningkatan angka  kesakitan khususnya pada penyakit infeksi (Arifin  1995).
Kelompok umur yang mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebih beresiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di Posyandu maupun Puskesmas, serta anak yang kurang atau jarang makan makanan sumber vitamin A (Almatsier  2006).
Metabolisme Vitamin A
Vitamin A yang di dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk ester retinol bersama karotenoid bercampur dengan lipida lain didalam lambung. Pada sel – sel mukosa usus halus, ester retinil dihidrolisis oleh enzim – enzim pankreas esterase menjadi retinol yang lebih efisien untuk  diabsorpsi (Almatsier 2006). Perubahan karoten dalam tubuh terutama terjadi dalam mukosa dinding usus kecil manusia. Diperkirakan setiap 6 µg β-karoten mempunyai aktivitas biologis 1 μg retinol. Berdasarkan hal tersebut aktivitas vitamin A bahan makanan biasanya dinyatakan sebagai ekuivalen retinol (Winarno 1992). Berikut ini merupakan penyerapan dan metabolisme Vitamin A antar organ sel dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.
Lumen Usus
Sel epitel usus
Darah
Sel Parenkim Hati
Sel stellate Hati
Ester Retinyl
Ester Retinyl
Ester Retinyl dalam kilomikron
Ester Retinyl
Ester Retinyl
Retinol

Retinol

Retinol + As.Lemak
Retinol + As.Lemak
Retinol

Retinal


β-Carotene
β-Carotene

RBP-Retinol
RBP Retinol




Jaringan


Gambar 3.  Alur Pergerakan Retinol Antar Organ Sel

Sebagian dari karotenoid, terutama beta karoten yang tidak mengalami hidrolisis sehingga di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol. Kecepatan perubahan karoten menjadi retinol antara lain dipengaruhi oleh tiroksin, Zn, Fe, dan Vitamin E. Retinol di dalam mukosa usus halus bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester dengan bantuan cairan empedu menyeberangi sel-sel vili dinding usus halus kemudian diangkut oleh kilomikron melalui sistem limfe ke dalam aliran darah menuju hati.  Konsumsi lemak yang cukup sekitar 70–90% ester retinol, hanya terdapat 5–60% karotenoid yang diabsorpsi. Hati berperan sebagai tempat menyimpan vitamin A utama di dalam tubuh. Saat keadaan normal, cadangan vitamin A dalam hati dapat bertahan hingga enam bulan. Bila tubuh mengalami kekurangan vitamin A, asam retinoat diabsorpsi tanpa perubahan. Asam retinoat merupakan sebagian kecil vitamin A dalam darah yang aktif dalam deferensiasi sel dan pertumbuhan (Almatsier 2006).
Saat tubuh memerlukan, vitamin A dimobilisasi dari hati dalam bentuk retinol yang diangkut oleh Retinol Binding Protein (RBP) yang disintesis di dalam hati. Pengambilan retinol oleh berbagai sel tubuh bergantung pada reseptor pada permukaan membran yang spesifik untuk RBP. Retinol kemudian diangkut melalui membran sel untuk kemudian diikatkan pada Cellular Retinol Binding Protein (CRBP) dan RBP kemudian dilepaskan. Pada sel mata, retinol berfungsi sebagai retinal dan di dalam sel epitel sebagai asam retinoat (Almatsier 2006).
  
 Patofisiologi dan Tingkat Bahaya KVA Subklinis
Kekurangan vitamin A sub klinis pada anak-anak dapat meningkatkan beberapa infeksi terutama diare dan campak, serta menyebabkan risiko kematian. Kejadian dan prevalensi dari diare juga dapat meningkat akibat dari KVA sub klinis karena semakin rendah kadar serum Vitamin A maka semakin tinggi penyakit infeksi dan kurang energi protein (Arifin  1995).
Vitamin A berfungsi sebagai kekebalan tubuh pada manusia. Retinoid bekerja pada diferensiasi sel imun, meningkatkan metogenesis limfosit, dan perubahan fagositosis makrofag sehingga jika terjadi KVA mudah terkena virus atau bakteri dan jumlah limfosit menurun. Bentuk vitamin A yaitu retinol dapat berpengaruh dalam pembentukan limfosit B (leukosit yang berperan dalam kekebalan humoral). Kekurangan vitamin A dapat menurunkan respon antibodi yang bergantung pada sel T (limfosit yang berperan pada kekebalan selular). (Almatsier  2006).
Pada anak balita kekurangan vitamin A akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, penyakit infeksi saluran pernapasan (radang paru-paru dan pneumonia). Fungsi kekebalan tubuh menurun pada kekurangan vitamin A, sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratinisasi (keratinisasi epitel tracheobronchial), tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme atau bakteri atau virus dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan. Infeksi saluran pencernaan terjadi pada permukaan dinding usus dan dapat menyebabkan diare. Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal, kantung kemih, dan vagina. Perubahan ini meningkatkan endapan kalsium yang dapat menyebabkan batu ginjal dan gangguan kantung kemih. Kekurangan vitamin A pada anak-anak juga dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat menyebabkan kematian (Almatsier 2006).
Negara berkembang seperti Indonesia sering terjadi kekurangan vitamin A dan kekurangan yodium secara bersamaan. Vitamin A juga berfungsi pada berbagai proses tubuh antara lain pada pembuatan hormon tiroid. Kekurangan vitamin A mengakibatkan rendahnya kadar hormon tiroid aktif yang dihasilkan. Kekurangan vitamin A tingkat subklinis pada anak-anak akan meningkatkan risiko terjadinya kekurangan yodium. Yodium merupakan salah satu unsur non metal yang diperlukan oleh tubuh untuk mensintesa hormon tiroid. Yodium berperan dalam perubahan karotin menjadi bentuk aktif vitamin A, sintesis protein dan absorbsi karbohidrat dari saluran pencernaan. Kekurangan vitamin A akan meningkatkan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan menurunkan asupan yodium ke dalam tiroid dan mengganggu sintesis tiroglobulin serta meningkatkan ukuran tiroid. Kadar retinol serum berkorelasi secara negatif dengan kadar TSH. Status vitamin A mempengaruhi umpan balik T4 dari sekresi TSH. TSH dapat meningkatkan pertumbuhan sel tiroid yang menyebabkan pertumbuhan gondok. Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari untuk mengatur sekresi tiroid (Frohlich, Witke et al 2004).

Prinsip Pencegahan dan Terapi di Bidang Gizi
Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi utama yang banyak terjadi di negara berkembang. KVA terjadi apabila cadangan retinol di hati <20 µg/dl (0,07 µmol/L). KVA merupakan konsekuensi dari masalah kesehatan dan fisologis yang diakibatkan oleh defisiensi vitamin A. Program penanggulangan kurang Vitamin A (KVA) telah dilaksanakan sejak tahun 1970-an dan sampai saat ini masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Prinsip dasar untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh. Selain itu perbaikan kesehatan secara umum turut pula memegang peranan. Penanggulangan masalah KVA saat ini bukan hanya untuk mencegah kebutaan, tetapi juga dikaitkan dengan upaya mendorong pertumbuhan dan kesehatan anak guna menunjang upaya penurunan angka kesakitan dan angka kematian pada anak (DepKes  2003).
Upaya menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh ditempuh dengan memberlakukan kebijaksanan antara lain meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami melalui penyuluhan, menambahkan vitamin A pada bahan makanan yang dimakan oleh golongan sasaran secara luas (fortifikasi), dan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi secara berkala (DepKes  2003).
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui proses komunikasi-informasi-edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman dan langgeng. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata, selain itu kegiatan fortifikasi dengan vitamin A masih bersifat rintisan. Oleh sebab itu, penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (DepKes  1994).
Kapsul vitamin A biru (100.000 IU) diberikan kepada bayi (6-11 bulan) satu kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari atau Agustus, sedangkan kapsul vitamin A merah (200.000 IU) diberikan kepada anak balita (1-5 tahun) setiap bulan Februari dan Agustus, serta kepada ibu nifas paling lambat 30 hari setelah melahirkan (DepKes  1994).
Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pda masyarakat apabila cakupannya tinggi (minimal 80%). Cakupan tersebut dapat tercapai apabila seluruh jajaran kesehatan dan sektor-sektor terkait dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik. Pada banyak negara pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kematian akibat infeksi sebanyak 19-54% dan menurunkan resiko kematian pada penyakit campak. Di Indonesia diperkirakan sekurang-kurangnya satu juta kematian anak dapat dicegah dengan meningkatkan konsumsi vitamin A. Keberhasilan program pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada prinsipnya dipengaruhi oleh peran serta masyarakat sehingga semua anak yang berumur 1-5 tahun mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi, setiap 6 bulan sekali pada bulan Februari dan Agustus melalui kegiatan Posyandu (DepKes  1994).