Laporan Kekurangan Vitamin A

06.57 0 Comments A+ a-

Laporan Praktikum                             Tanggal Mulai     : 23 September 2011
Mata kuliah Patofisiologi Gizi              Tanggal Selesai  :30 September 2011





KURANG VITAMIN A (KVA) SUBKLINIS



Disusun Oleh:
Sartika Fitriana T.P                 I14104019
Ariane Monalisa Yunani          I14104021
Anna Febritta Intan Sari          I14104023




Assisten Praktikum:
Nurayu Annisa

Dosen Penanggung Jawab:
Dr. Yekti Hartati Effendi
Dr. Mira Dewi, M.Si
Dr. Naufal Muharam Nurdin




 







DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi kurang yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia.Kriteria WHO menyebutkan jikaprevalensi xeropthalmia kurang atau sama dengan 0,5% (X1B ≤ 0,5%) makaKVA bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan kriteria tersebut masalah KVA tingkat nasional bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, namun prevalensi KVA sub klinis (retinol serum ≤20 μg/dl) pada balita masih tinggi yaitu sebesar 50%. Selain itu pada beberapa propinsi di Indonesia telah ditemukan kasus-kasus baru KVA yang terjadi pada anak penderita gizi buruk, sehingga KVA merupakan masalah gizi utama di Indonesia hingga saat ini(Siswono, 2004).
KVA subklinis yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A dalam darah masih merupakan masalah besar yang perlu mendapat perhatian. Hasil kajian beberapa studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat gizi yang sangat esensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Pada anak balita KVA akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia dan akhirnya kematian.
            Vitamin A atau sering disebut retinol adalah vitamin larut lemak dan bergantung pada solubilisasi misel untuk dispersi ke dalam usus kecil.Kekurangan zat gizi seng juga dapat mengganggu penyerapan, transportasi, dan metabolisme vitamin A karena seng sangat penting untuk sintesis vitamin A dan protein transpor oksidasi retinol ke retina. Vitamin A berfungsi antara lain menjaga kelembaban dan kejernihan selaput lendir, memungkinkan mata dapat melihat dengan baik dalam keadaan kurang cahaya (sore atau senja hari), serta pada ibu menyusui akan meningkatkan mutu vitamin A dalam ASI, sehingga bayi akan mendapatkan vitamin A yang cukup dari ASI.
            Kekurangan vitamin A adalah keprihatinan yang signifikan. Sesuai dengan tingginya prevalensi kekurangan vitamin A, WHO telah menerapkan beberapa inisiatif untuk suplementasi vitamin A di negara-negara berkembang.Beberapa strategi ini termasuk asupan vitamin A melalui kombinasi menyusui, asupan makanan, fortifikasi makanan, dan suplemen.

Tujuan
Tujuan Umum
            Tujuan umum penulisan makalah ini adalah mempelajari kekurangan vitamin A (KVA) pada tingkat subklinis.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
a.   Mengetahui etiologi, tanda, dan gejala kekurangan vitamin A
b.   Mengetahui patofisiologi terjadinya kekurangan vitamin A
c.   Mengetahui gangguan intake, pencernaan dan penyerapan dari KVA
d.   Mengetahui prinsip pencegahan gizi dam terapi di bidang gizi untuk KVA




PEMBAHASAN
Etiologi
Penentuan kekurangan vitamin A memiliki beberapa parameter secara klinis yaitu buta senja, bitots spot, sirosis kornea, dan keratomalasi. Penentuan KVA yang hanya didasarkan pemeriksaan klinis memiliki  kelemahan sebab tidak dapat dideteksi adanya KVA marginal. Untuk itu diperlukan pemeriksaan kimiawi. Penentuan kadar vitamin A serum juga masih ada kelemahannya sebab belum dapat diketahui status vitamin A dalam tubuh karena kadar vitamin A serum dipengaruhi oleh simpanan vitamin A dalam hati.
Pada kadar vitamin A serum (retinol) 20-30 µg/dl dapat dikatakan bahwa simpanan vitamin A masih cukup, bila kadarnya dalam serum dibawah 10 µg/dl, simpanan vitamin A dalam hati sudah sangat rendah an biasanya tanda-tanda klinis sudah mulai muncul. Untuk menghindari kesalahan penentuan status vitamin A tubuh karena adanya kemampuan kompensasi dari cadangan dihati maka diperlukan suatu metode disebut Relative Dose Response (RDR) dan akan lebih baik lagi bila penentuan kadar vitamin A serum disertai dengan penentuan kadar Retinol Binding Protein (RBP) sehingga status vitamin A dan status protein tubuh dapat diketahui. Pada anak normal  kadar RBP plasma 20-30 µg/dl dan dewasa 40-50 µg/dl, sedangkan pada KVA kadar tersebut dapat turun sampai 50%.
Kekurangan vitamin A (KVA) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A dalam jaringan penyimpanan (hati) dan melemahnya kemampuan adaptasi terhadap kondisi gelap dan sangat rendahnya konsumsi vitamin A (WHO  1976). KVA tingkat subklinis yaitu tingkat KVA yang belum menampakkan gejala nyata, masih menimpa masyarakat luas terutama kelompok balita (Depkes  2003). KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui denganmemeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium.
Kekurangan vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, ataupun karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A terjadi terutama karena kurangnya asupan vitamin A yang diperoleh dari makanan sehari-hari.Pada anak yang mengalami kekurangan energi dan protein, kekurangan vitamin A terjadi selain karena kurangnya asupan vitamin A itu sendiri juga karena penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh yang terganggu.Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita Kurang Energi Protein (KEP), penyakit hati, alfa, beta-lipoproteinemia, atau gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu (Almatsier  2006).
Malabsorpsi adalah kegagalan usus halus untuk menyerap makanan tertentu. Ketidakmampuan menyerap tersebut dapat hanya mengenai satu jenis asam amino, lemak, gula, atau vitamin, atau dapat mengenai semua asam amino, lemak, gula, atau semua vitamin yang larut lemak. Malabsorpsi terhadap segala sesuatu yang diserap di satu segmen usus halus juga terjadi (Corwin  2001).
Gambaran klinis malabsorpsi akan secara spesifik beraitan dengan apa yang tidak dapat diabsorpsi dan ada tidaknya bagian usus yang lain yang dapat mengkompensasi malfungsi usus halus tersebut. Defisiensi garam empedu menyebabkan malabsorpsi vitamin larut lemak yang menimbulkan defisiensi vitamin A, D, E dan K (Corwin  2001).

Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A
Pada anak-anak, kekurangan vitamin A berakibat lebih parah  dibandingkan  dewasa. Pertumbuhan badan terganggu dan kekebalan  terhadap penyakit infeksi berkurang. Sering ditemukan hubungan peningkatan defisiensi vitamin A terjadi seiring peningkatan angka  kesakitan khususnya pada penyakit infeksi. Konsumsi vitamin A dan  provitamin A yang rendah (di bawah kecukupan konsumsi vitamin A yang dianjurkan), berlangsung dalam waktu lama, akan  mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal dengan Kekurangan Vitamin A (KVA). Pada dewasa normal, simpanan vitamin A dalam hati bisa memenuhi kebutuhan selama ± 24 bulan.Pada anak-anak yang mengalami tumbuh kembang, jika konsumsi makanan yang mengandung vitamin A tidak memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan, maka xeropthalmia kelihatan dalam beberapa minggu.
            Kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti sisik ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena KVA dapat juga disebabkan karena
kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin golongan B atau Kurang EnergiProtein (KEP) tingkat berat atau gizi buruk.Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang  telahberlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
Adapun gejala kekurangan vitamin A meliputi gejala xeropthalmia (mata kering), suatu kelainan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.  Keadaan kekurangan vitamin A yang mengenai mata ini bila dibiarkan tanpa penanganan yang serius dapat berakibat kebutaan yang permanen. Tanda – tanda buta senja adalahbila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut pada waktu sore menjelang malam sering membentur/menabrak-nabrak benda didepannya karena tidak dapat melihat.Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit mendeteksi buta senja.Tanda-tanda xerosis konjungtiva adalah selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat  atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam. Tanda-tanda xerosis konjungtiva (X1A) adalah adanya  bercak bitot yaitu bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata sisi luar.Tanda-tanda xerosis kornea adalah kekeringan pada konjungtiva yang berlanjut sampai kornea.Tanda-tanda keratomalasia adalah kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebih beresiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di Posyandu maupun Puskesmas, serta anak yang kurang atau jarang makan makanan sumber vitamin A.

Patofisiologi dan Pengaruh terhadap Sistem Organ
Vitamin A berfungsi sebagai kekebalan tubuh pada manusia, bentuk vitamin A yaitu retinol dapat berpengaruh dalam pembentukan limfosit B (leukosit yang berperan dalam kekebalan humoral).Kekurangan vitamin A dapat menurunkan respon antibodi yang bergantung pada sel T (limfosit yang berperan pada kekebalan selular).Pada anak balita kekurangan vitamin Aakan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, penyakit infeksi saluran pernapasan (radang paru-paru dan pneumonia). Fungsi kekebalan tubuh menurun pada kekurangan vitamin A, sehingga mudah terserang infeksi.Lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami kreatinisasi, tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme atau bakteri atau virus dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi pada permukaan dinding usus akan menyebabkan diare. Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantung kemih serta vagina.Perubahan ini dapat pula meningkatkan endapan kalsium yang dapat menyebabkan batu ginjal dan gangguan kantung kemih.Kekurangan vitamin A pada anak-anak juga dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat menyebabkan kematian (Almatsier 2006).
Negara berkembang seperti Indonesia, sering terjadikekurangan vitamin A dan kekurangan yodium secara bersamaan. Vitamin A juga berfungsi padaberbagai proses tubuh antara lain pada pembuatan hormon tiroid.Kekurangan vitamin A mengakibatkan rendahnya kadar hormon tiroid aktifyang dihasilkan. Kekurangan vitamin A tingkat sedang pada anak-anak akanmeningkatkan risiko terjadinya kekurangan yodium. Kekurangan vitamin Adapat memperburuk efek kekurangan yodium. Yodium merupakan salah satu unsur non metal yang diperlukan oleh tubuh untuk mensintesa hormon tiroid.Yodium berperan dalam perubahan karotin menjadi bentuk aktif vitamin A, sintesis protein dan absorbsi karbohidrat dari saluran pencernaan.Kekurangan vitamin Aakan meningkatkan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) dan menurunkanasupan yodium ke dalam tiroid dan mengganggu sintesis tiroglobulin sertameningkatkan ukuran tiroid. Kadar retinol serum berkorelasi secara negatifdengan kadar TSH. Status vitamin A mempengaruhi umpan balik T4 darisekresi TSH.TSH dapat meningkatkan pertumbuhan sel tiroid yang menyebabkan pertumbuhan gondok.Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari untuk mengatur sekresi tiroid.
            Kekurangan vitamin A selain menyebabkan penyakit infeski, penyakit saluran pernapasan, penyakit gondok juga dapat menyebabkan penyakit infeksi lainnya sebagai berikut :
1.   Buta Senja (XN)
Penyakit ini terjadi akibat gangguan pada sel batang retina.Pada keadaan ringan sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang setelah lama berada di cahaya terang.Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat melihat di lingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja. Konsumsi vitamin A yang tidak cukup menyebabkan simpanan dalam tubuh menipis, sehingga kadar vitamin A darah yang menurun yang berakibat vitamin A tidak cukup diperoleh retina mata untuk membentuk pigmen penglihatan rodopsin. Kemampuan melihat dalam kedaan samar-samar dihubungkan dengan ujung-ujung saraf (road dan cone) yang terdapat dalam retina.Cone terutama bereperan dalam cahaya siang dan membedakan warna sedangkan road mengontrol penglihatan pada malam hari (Almatsier 2006).
2.   Xerosis Konjungtiva (X1A)
Penyakit ini merupakan pengeringan selaput permukaan kelopak mata dan bola mata (Depkes 2003).
3.   Xerosis Konjungtiva dan Bercak Bitot (X1B)
Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan tanda khas pada  penderita xerophtalmia, sehingga dipakai sebagai kriteria penentuan prevalensi kurang vitamin A dalam masyarakat.Pada keadaan berat tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva, konjungtiva tampak menebal berlipat-lipat dan berkerut (Depkes 2003).
4.   Xerosis Kornea (X2)
Pada penyakit ini kornea akan tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar. Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita penyakit infeksi dan sistemik lain) (Depkes 2003).
5.   Keratomalasia dan Ulcus Kornea (X3A dan X3B)
Keadaan umum penderita  sangat buruk. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah). Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir  dengan perforasi dan prolaps jaringan isi bola mata dan membentuk cacat tetap yang dapat menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang cepat memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus melalui tahap-tahap awal xerophtalmia (Depkes 2003).           
Kekurangan vitamin A pada taraf ringan seperti XN dan XIB dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein dan perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Makin rendah kadarserum Vit. A makintinggi penyakitinfeksi dan kurangenergi protein. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal.Vitamin A berupa asam retinoat berperan dalam anak-anak yang terjadi kegagalan dalam pertumbuhan (Almatsier 2006).

Gangguan Intake, Pencernaan dan Penyerapan Akibat Penyakit
Metabolisme vitamin A membutuhkan molekul protein fungsional tertentu. Di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia banyak ditemukan penderita kekurangan energi protein (KEP) tampaknya keadaan ini berkorelasi positif dengan KVA.Pada KVA terjadi perubahan mukosa usus, sel mukosa mengalami degradasi atau artropi sehingga fungsi digesti dan absorbsi usus berkurang.Keadaan ini dapat mengakibatkan malabsorbsi yang dapat berakibat gizi kurang.
Digesti karoten dan absorpsi membutuhkan adanya lemak yang cuku dalam diet sebab karoten dan vitamin A larut dalam lemak. Sedangkan digesti lemak memerlukan empedu dan getah pankreas. Jika ada gangguan sekresi empedu dan getah pankreas maka digesti lemak kurang efektif akibatnya absorpsi karoten dan vitamin A juga berkurang.

Prinsip Pencegahan dan Terapi di Bidang Gizi
Kekurangan Vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi utama dan penting yang banyak terjadi di negara berkembang. KVA terjadi apabila cadangan retinol di hati <20 µg/dl (0,07 µmol/L). KVA merupakan konsekuensi dari masalah kesehatan dan fisologis yang diakibatkan oleh defisiensi vitamin A. Program penanggulangan kurang Vitamin A (KVA) telah dilaksanakan sejak tahun 1970-an dan sampai saat ini masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia.Prinsip dasar untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh.Selain itu perbaikan kesehatan secara umum turut pula memegang peranan.
Penanggulangan masalah KVA saat ini bukan hanya untuk mencegah kebutaan, tetapi juga dikaitkan dengan upaya mendorong pertumbuhan dan kesehatan anak guna menunjang upaya penurunan angka kesakitan dan angka kematian pada anak.
Dalam upaya menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh, ditempuh kebijaksanan antara lain meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami melalui penyuluhan, menambahkan vitamin A pada bahan makanan yang dimakan oleh golongan sasaran secara luas (fortifikasi), dan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi secara berkala.
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A melalui proses komunikasi-informasi-edukasi (KIE) merupakan upaya yang paling aman dan langgeng. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan fortifikasi dengan vitamin A masih bersifat rintisan .Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.
Kapsul Vitamin A biru (100.000 IU) diberikan kepada bayi (6-11 bulan) satu kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari atau Agustus, sedangkan kapsul Vitamin A merah (200.000 IU) diberikan kepada anak balita (1-5 tahun) setiap bulan Februari dan Agustus, serta kepada ibu nifas paling lambat 30 hari setelah melahirkan.
Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pda masyarakat apabila cakupannya tinggi (minimal 80%).Cakupan tersebut dapat tercapai apabila seluruh jajaran kesehatan dan sektor-sektor terkait dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.Keberhasilan program pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada prinsipnya dipengaruhi oleh peran serta masyarakat sehingga semua anak yang berumur 1-5 tahun mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi, setiap 6 bulan sekali pada bulan Februari dan Agustus melalui kegiatan Posyandu.








Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arifin Zainal Nang. 1995. Jurnal Pengaruh Kurang Vitamin A terhadap Status Kesehatan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Corwin, Elisabeth J. 2001. Handbook of Pathopysiology. Albuquerque: University of New Mexico.

Departemen Kesehatan. 1994. Pedoman Pemberian  Kapsul Vitamin A. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat.

Departemen Kesehatan. 2003. Deteksi dan Tatalaksana Kasus Xeroftalmia,Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat.