Laporan Vitamin D

06.36 0 Comments A+ a-

Mata Kuliah Fisiologi Manusia



VITAMIN D






Kelompok 5:

  1. Sartika Theodora P.                I14104019
  2. Wilda Haerul F.                       I14104020
  3. Ariane Monalisa                      I14104021
  4. Siti Nur Fauziah                      I14104022





Penanggung Jawab:
dr. Vera Uripi S. Ked.






IPB 1







DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010


I. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit dan harus disuplay dari makanan dan sinar matahari. Vitamin D merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh. Vitamin D dapat berasal dari sinar matahari dan makanan. Tubuh manusia memerlukan vitamin D dalam upaya untuk pembentukan tulang pada masa pertumbuhan dan proses metabolisme tubuh.
Prekusor (pembentuk) vitamin D dikenal dengan sebutan provitamin D. Provitamin ini tidak dapat berfungsi sebelum tubuh mengubahnya dalam bentuk aktif. Konversi (perubahan) provitamin menjadi vitamin terjadi pada bagian tubuh yang berbeda dan mempunyai efisiensi yang berbeda pula. Prekusor vitamin D yang terdapat di dalam kulit akan diubah menjadi vitamin D yang aktif dalam suatu proses.
Penyerapan vitamin D terjadi pada salah satu organ saluran pencernaan yaitu usus. Vitamin D diserap didalam usus dan membantu penyerapan kalsium serta fosfor. Fungsi dari penyerapan kalsium dan fosfor digunakan untuk  metabolisme kalsium mulai dari penyerapan kalsium, pembentukan tulang dan gigi dan mempertahankan kalsium dalam tubuh.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan paper ini antara lain:
1.    Mempelajari definisi vitamin D
2.    Mempelajari fungsi dan sumber vitamin D
3.    Mempelajari absorpsi, transportasi, dan penyimpanan vitamin D
4.    Mempelajari metabolisme, serta mengetahui kelebihan dan kekurangan vitamin D.

II. VITAMIN D

2.1 Definisi Vitamin D
Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit dan harus disuplay dari makanan dan sinar matahari. Prekusor (pembentuk) vitamin dikenal dengan sebutan provitamin, yaitu senyawa yang secara kimia mirip dengan bentuk aktif biologisnya berupa vitamin. Provitamin tidak dapat berfungsi sebelum tubuh mengubahnya dalam bentuk aktif. Konversi (perubahan) provitamin menjadi vitamin terjadi pada bagian tubuh yang berbeda dan mempunyai efisiensi yang berbeda pula. Prekusor vitamin D yang terdapat di dalam kulit (7-dehidro-kolesterol) diubah menjadi vitamin D yang aktif pertama-tama karena aksi sinar ultra-violet dari matahari, kemudian diubah dalam tubuh terutama dalam hati kemudian ke dalam ginjal. Vitamin D dibagi menjadi tiga, yaitu vitamin D1 tidak digunakan karena masih merupakan senyawa campuran, vitamin D2 (Ergokalciferol) berasal dari hewan, vitamin D3 berasal dari tumbuhan. Vitamin D dapat disebut sebagai hormon, karena vitamin D dihasilkan sendiri oleh kulit dari suatu prekusor yang apabila terkena oleh sinar matahari.

2.2 Fungsi dan Sumber Vitamin D
            Fungsi vitamin D adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan vitamin C, hormon paratiroid dan kalsitonin, protein kolagen, serta mineral-mineral kalsium, fosfor, magnesium, dan fluor. Fungsi khusus vitamin D dalam hal ini adalah membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia di dalam darah untuk diendapkan dalam proses pengerasan tulang. Hal ini dilakukan dengan cara di dalam saluran cerna, kalsitriol meningkatkan absorpsi aktif vitamin D dengan cara merangsang sintesis protein pengikat-kalsium dan protein pengingkat-fosfor pada mukosa usus halus. Pada tulang, kalsitriol bersama hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang di dalam darah. Pada ginjal, kalsitriol merangsang reabsorpsi kalsium dan fosfor.
            Sumber vitamin D yang utama adalah telur, susu sapi, mentega, daging, sereal sarapan yang difortifikasi, dan minyak ikan. Bahan pangan tersebut dapat mensuplai sekitar 125 µg vitamin D per hari. Kecukupan kebutuhan tubuh terhadap vitamin D sekitar 200-400 µg per hari, produk makanan hasil olahan industri seperti susu bubuk dan mentega difortifikasi vitamin D.
Tabel 1  Nilai vitamin D berbagai bahan makanan (µg/100 gram)
Bahan Makanan
µg
Bahan Makanan
µg
Susu Sapi
0,01-0,03
Minyak hati ikan
210
ASI
0,04
Margarin dan sejenis
5,8-8,0
Tepung Terigu
0,21
Daging sapi, babi, biri-biri
Ss
Krim
0,1-0,28
Unggas
Ss
Keju
0,03-0,5
Hati
0,2-1,1
Yogurt
ss-0,04
Ikan air tawar
Ss
Telur Utuh
1,75
Ikan berlemak
ss-25
Kuning telur
4,94
Udang dan kerang
ss
Mentega
0,76


Keterangan:
ss = sedikit sekali
Sumber: Holland (1991) dalam Garrow, J.S. dan W.P.T James, Human Nutrition and Dietetics, 1993, hlm 223

2.3 Absorpsi, Transportasi, dan Penyimpanan Vitamin D
Cara kerja vitamin yang larut dalam lemak dan yang larut dalam air berbeda. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh.
            Vitamin D diabsorpsi dalam usus halus bersama lipida dengan bantuan cairan empedu. Vitamin D dari bagian atas usus halus diangkut oleh D-plasma binding protein (DBP) ke tempat-tempat penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang, dan jaringan lain. Absorpsi vitamin D pada orang tua kurang efisien bila kandungan kalsium makanan rendah. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh gangguan ginjal dalam memetabolisme vitamin D.

2.4 Metabolisme dan Fungsi Metabolisme Vitamin D
            Vitamin D secara biologis inaktif sewaktu memasuki aliran darah. Vitamin D­3 (kolekalsiferol) dibentuk di dalam kulit (epidermis) oleh sinar ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol. Sinar matahari juga dapat mencegah provitamin D3 menjadi bahan yang tidak aktif. Banyaknya provitamin D dan bahan yang tidak aktif dibentuk bergantung pada intensitas radiasi ultraviolet. Faktor lain yang berpengaruh terhadap pembentukan provitamin D3 adalah pigmentasi, penggunaan alat penahan matahari (sunsreen) dan lama waktu penyingkapan terhadap matahari.
            Vitamin D3 di dalam hati diubah menjadi bentuk aktif 25-hidroksi kolekalsiferol [25(OH)D3] yang lima kali lebih aktif daripada vitamin D3. Bentuk [25(OH)D3] adalah bentuk vitamin D yang paling banyak di dalam darah dan banyak bergantung pada konsumsi dan penyingkapan tubuh terhadap matahari. Bentuk paling aktif adalah kalsitriol atau 1,25 dihidroksi kolekalsiferol [1,25 (OH)2D3] yang 10 kali lebih aktif dari vitamin D3. Bentuk aktif ini dibuat oleh ginjal, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Kalsitriol pada usus halus meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor dan pada tulang meningkatkan mobilisasinya.
            Sintesis kalsitriol diatur oleh taraf kalsium dan fosfor dalam serum. Hormon paratiroid (PTH) yang dikeluarkan bila kalsium dalam serum rendah, merupakan perantara yang merangsang produksi [1,25 (OH)2D3] oleh ginjal. Jadi taraf konsumsi kalsium yang rendah tercermin pada taraf kalsium serum yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi sekresi PTH dan peningkatan sintesis kalsitriol oleh ginjal. Taraf fosfat dari makanan mempunyai pengaruh yang sama, tetapi tidak membutuhkan PTH.
Bentuk aktif vitamin D adalah 1,25-dihidroksikalsitriol, yang diproduksi dalam 2 tahap dengan penambahan gugus hidroksil. Tahap pertama berlangsung di hati dengan menghasilkan 25-hidroksikalsitriol yang merupakan senyawa yang umumnya diukur dalam darah. Tahap kedua aktivasi berlangsung di ginjal, proses ini diregulasi oleh hormon paratiroid yang disekresi sebagai respon terhadap penurunan kadar kalsium plasma. Efek vitamin D aktif adalah meningkatkan kadar kalsium plasma dengan cara meningkatkan absorpsi kalsium dari saluran cerna melalui protein pengikat kalsium (kalbidin-D), memacu reabsorsbsi kalsium di ginjal, menyesuaikan mobilisasi dan deposisi kalsium, serta fosfor dalam tulang, dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2  Metabolisme dan fungsi vitamin D (http://www.wellnesscommunitystl.org/Nutrition/VitaminDinHealthandDisease/tabid/197)

2.5 Defisiensi Vitamin D
            Kekurangan vitamin D menyebabkan kelainan pada tulang yang dinamakan riketsia pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa. Kekurangan pada orang dewasa juga dapat menyebabkan osteoporosis. Riketsia terjadi bila pengerasan tulang pada anak-anak terlambat sehingga menjadi lembek. Kaki membengkok, ujung-ujung tulang panjang membesar (lutut dan pergelangan), tulang rusuk membengkok, pembesaran kepala karena penutupan fontanel terhambat, gigi terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur, gigi akan mudah mengalami kerusakan dan otot pun akan mengalami kekejangan. Osteomalasia adalah riketsia pada orang dewasa yang biasanya terjadi pada wanita karena konsumsi kalsiumnya rendah, serta hilangnya unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di dalam tulang, tidak banyak mendapatkan sinar matahari dan mengalami banyak kehamilan dan menyusui. Osteomalasia juga dapat terjadi pada penderita penyakit saluran cerna, hati, kantung empedu, ginjal. Tulang melembek yang menyebabkan gangguan pada tulang terutama pada kaki, tulang belakang, toraks, dan pelvis. Gejala awalnya rasa sakit seperti reumatik dan lemah, tulang membengkok atau membentuk x dan dapat menyebabkan fraktur atau patah.
2.6 Kelebihan Vitamin D
            Kelebihan vitamin D akan menyebabkan keracunan dengan gejala kelebihan absorpsi vitamin D yang pada akhirnya menyebabkan klasifikasi berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh, seperti ginjal, paru-paru, dan organ tubuh lainnya. Tanda-tanda kelebihan vitamin D adalah akibat hiperkalsemia, seperti lemah, sakit kepala, kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah, gangguan mental, dan pengeluaran urin berlebihan sehingga penderita mengalami dehidrasi. Bayi yang diberi vitamin D berkelebihan menunjukkan gangguan saluran pencernaan, rapuh tulang, gangguan pertumbuhan dan kelambatan perkembangan mental.


KESIMPULAN

Vitamin D merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh. Vitamin D dapat berasal dari sinar matahari dan makanan. Fungsi vitamin D adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan vitamin C, serta membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia di dalam darah untuk diendapkan dalam proses pengerasan tulang. Sumber vitamin D adalah telur, susu sapi, mentega, daging, sereal sarapan yang difortifikasi, dan minyak ikan.
Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh. Vitamin D diabsorpsi dalam usus halus bersama lipida dengan bantuan cairan empedu. Absorpsi vitamin D pada orang tua kurang efisien bila kandungan kalsium makanan rendah, karena adanya gangguan ginjal dalam memetabolisme vitamin D.
Vitamin D­3 (kolekalsiferol) dibentuk di dalam kulit oleh sinar ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol. Vitamin D3 di dalam hati diubah menjadi bentuk aktif 25-hidroksi kolekalsiferol [25(OH)D3] yang lima kali lebih aktif daripada vitamin D3, yang dibuat oleh ginjal. Sintesis kalsitriol diatur oleh taraf kalsium dan fosfor dalam serum. Bentuk aktif vitamin D adalah 1,25-dihidroksikalsitriol, yang diproduksi dalam 2 tahap dengan penambahan gugus hidroksil.
Kekurangan vitamin D menyebabkan kelainan pada tulang yang dinamakan riketsia pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa. Kekurangan pada orang dewasa juga dapat menyebabkan osteoporosis. Kelebihan vitamin D akan menyebabkan keracunan dengan gejala kelebihan absorpsi vitamin D yang pada akhirnya menyebabkan kalsifikasi berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh. Tanda-tanda kelebihan vitamin D adalah akibat hiperkalsemia, seperti lemah, sakit kepala, kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah, gangguan mental, dan pengeluaran urin berlebihan sehingga penderita mengalami dehidrasi.

DAFTAR PUSTAKA


Almatsier, S.  2001.  Prinsip Dasar Ilmu Gizi.  Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Avery, R. 2010. Vitamin D in Health and Disease. http://www.well-nesscommunitystl.org/Nutrition/VitaminDinHealthandDisease/tabid/197 [13 Januari 2011]

Barasi, Marry E.  2007.  At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga.

Muchtadi, Deddy.  2008.  Pengantar Ilmu Gizi. Bandung: Alfabeta.

Sandjaja, Basuki Budiman, dkk.  2009.  Kamus Gizi.  Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.