Makalah Kekurangan Vitamin A

08.41 0 Comments A+ a-

Makala            h                                                      Tanggal Mulai : 30 September  2011
MK. Patofisiologi Gizi                                   Tanggal Selesai : 30 September  2011




KVA SUBKLINIS



Oleh :
Kelompok 5 :
Sartika Fitriana T.P.                            I14104019
Ariane Monalisa                                  I141040
Anna Febritta                                      I141040







Penanggung Jawab Praktikum :
Dr.Naufal Muharam Nurdin




















DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Vitamin didefinisikan sebagai zat organik yang diperlukan dalam jumlah relative kecil namun sangat penting untuk pertumbuhan normal serta pemeliharaan kesehatan, dan harus selalu tersedia dalam makanan karena tidak dapat disintesa oleh tubuh. Vitamin berperan sebagai bagian dari enzim dan ko-enzim untuk mengatur proses metabolisme karbohidrat, lemak, protein dalam tubuh.  Selain itu vitamin yang berperan sebagai anti oksidan, banyak berperan dalam mempertahankan berfungsinya berbagai jaringan tubuh. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal dibutuhkan antara lain vitamin. Vitamin-vitamin ini selain dapat diperoleh dari makanan dapat juga diperoleh melalui suplemen-suplemen yang mengandung vitamin. 
Salah satu jenis vitamin yang dibutuhkan adalah vitamin A atau yang disebut juga retinol. Vitamin A adalah vitamin larut lemak dan bergantung pada solubilisasi misel untuk dispersi ke dalam usus kecil. Kekurangan zat gizi seng juga dapat mengganggu penyerapan, transportasi, dan metabolisme vitamin A karena seng sangat penting untuk sintesis vitamin A dan protein transpor oksidasi retinol ke retina. Vitamin A berfungsi antara lain menjaga kelembaban dan kejernihan selaput lendir, memungkinkan mata dapat melihat dengan baik dalam keadaan kurang cahaya (sore atau senja hari), serta pada ibu menyusui akan meningkatkan mutu vitamin A dalam ASI, sehingga bayi akan mendapatkan vitamin A yang cukup dari ASI.
Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Sekitar 250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun untuk karena kekurangan vitamin A, dengan prevalensi tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kekurangan vitamin A bukan hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi di negara-negara berkembang. Kekurangan vitamin A adalah keprihatinan yang signifikan. Sesuai dengan tingginya prevalensi kekurangan vitamin A, WHO telah menerapkan beberapa inisiatif untuk suplementasi vitamin A di negara-negara berkembang. Beberapa strategi ini termasuk asupan vitamin A melalui kombinasi menyusui, asupan makanan, fortifikasi makanan, dan suplemen.



2.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
· mengetahui etiologi, tanda, dan gejala kekurangan vitamin A
· mengetahui patofisiologi terjadinya kekurangan vitamin A
· mengetahui gangguan intake, pencernaan dan penyerapan dari KVA
· serta mengetahui prinsip pencegahan gizi dam terapi di bidang gizi untuk KVA


























PEMBAHASAN

3.1 Tinjauan Umum Mengenai Etilogi, Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A terjadi terutama karena kurangnya asupan vitamin A yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Pada anak yang mengalami kekurangan energi dan protein, kekurangan vitamin A terjadi selain karena kurangnya asupan vitamin A itu sendiri juga karena penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh yang terganggu.
Tanda-tanda khas pada mata karena kekurangan vitamin A dimulai dari rabun senja (XN) dimana penglihatan penderita akan menurun pada senja hari bahkan tidak dapat melihat dilingkungan yang kurang cahaya. Pada tahap ini penglihatan akan membaik dalam waktu 2-4 hari dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila dibiarkan dapat berkembang menjadi xerosis konjungtiva (X1A). Selaput lendir atau bagian putih bola mata tampak kering, berkeriput, dan berubah warna menjadi kecoklatan dengan permukaan terlihat kasar dan kusam. Xerosis konjungtiva akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam waktu 2 minggu dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila tidak ditangani akan tampak bercak putih seperti busa sabun atau keju yang disebut bercak Bitot (X1B) terutama di daerah celah mata sisi luar. Pada keadaan berat akan tampak kekeringan pada seluruh permukaan konjungtiva atau bagian putih mata, serta konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut-kerut. Bila tidak segera diberi vitamin A, dapat terjadi kebutaan dalam waktu yang sangat cepat. Tetapi dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar dan dengan pengobatan yang benar bercak Bitot akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam 2 minggu. Tahap selanjutnya bila tidak ditangani akan terjadi xerosis kornea (X2) dimana kekeringan akan berlanjut sampai kornea atau bagian hitam mata. Kornea tampak suram dan kering dan permukaannya tampak kasar. Keadaan umum anak biasanya buruk dan mengalami gizi buruk, menderita penyakit campak, ISPA, diare. Pemberian kapsul vitamin A dan pengobatan akan menyebabkan keadaan kornea membaik setelah 2-5 hari dan kelainan mata sembuh setelah 2-3 minggu. Bila tahap ini berlanjut terus dan tidak segera diobati akan terjadi keratomalasia (X3A) atau kornea melunak seperti bubur dan ulserasi kornea (X3B) atau perlukaan. Selain itu keadaan umum penderita sangat buruk. Pada tahap ini kornea dapat pecah. Kebutaan yang terjadi bila sudah mencapai tahap ini tidak bisa disembuhkan. Selanjutnya akan terjadi jaringan parut pada kornea yang disebut xeroftalmia scars (XS) sehingga kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengempis.
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebih beresiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di Posyandu maupun Puskesmas, serta anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A.